Laporan dari KTT Asean di Hua Hin

Asean Genjot Inisiatif Chiang Mai

VIVAnews - Sepuluh pemimpin negara yang hadir dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asean di Hua Hin, Thailand, sepakat untuk mempercepat proses inisiatif Chiang Mai.

"Dalam satu, dua bulan ke depan menteri keuangan Asean harus bisa merumuskan prosedur kerja dan sebagainya," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani kepada wartawan di Hotel Grand Pasific, Hua Hin, Thailand,  Sabtu, 24 Oktober 2009.

Inisiatif Chiang Mai adalah kesepakatan bersama sejumlah negara Asean untuk mengumpulkan dana bersama guna membiayai pembangunan infrastuktur di negara anggota Asean.
 
Inisiatif ini bermula dari krisis ekonomi yang menghantam kawasan Asia Tenggara tahun 1998. Ketika itu sejumlah negara Asean yang dihempas krisis terpaksa meminta bantuan IMF dan meminjam dana dari lembaga keuangan itu. "Tapi, IMF meminjamkan dana dengan syarat yang begitu banyak," kata dia.
 
Sebab itu, sejumlah negara yang bergabung dalam Asean bersatu untuk mengumpulkan dana sendiri. Belakangan China, Jepang dan Korea Selatan berminat masuk dalam Inisiatif Chiang Mai ini. Inisiatif itu kemudian dibahas dalam tiap kali konferensi negara-negara Asia Tenggara.

Dalam KTT Asean di Cebu, Philipina yang digelar dari tanggal 6-14 Desember 2006, para pemimpin Asean sepakat mempercepat proses kerja Inisiatif Chiang Mai ini.

Pembicaraan soal kerja sama ini mestinya dimatangkan dalam KTT Asean yang rencananya digelar di Pattaya, Thailand beberapa waktu lalu. Tapi karena krisis politik Thailand, KTT itu akhirnya ditunda dan baru digelar di Hua Hin, pekan ini.

Guna mempercepat proses kerja sama ini, awal Mei 2009, menteri keuangan negara-negara Asean, China, Jepang dan Korea Selatan bertemu di Denpasar, Bali, Indonesia.

Dalam pertemuan di Bali itu, para menteri keuangan menelurkan tiga kesepakatan bersama yaitu besar kontribusi masing-masing negara, akses peminjam dan mekanisme pengawasan. Total dana Inisiatif Chiang Mai ini 120 miliar dolar Amerika Serikat.

Dalam pertemuan di Bali juga disepakati besarnya beban masing-masing negara. Pembagiannya adalah negara-negara Asean 20 persen dan China, Jepang, dan Korea Selatan 80 persen dari total dana.

Pertemuan para menteri keuangan itu juga menyepakati Jepang menyumbang US$38,4 miliar, Korea Selatan US$19,2 miliar dan China US$38,4 miliar. Sejumlah negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand masing-masing menyumbang 4,77 miliar dolar.

Sedangkan Philipina US$ 3,68 miliar,  Vietnam US$ 1 miliar, Brunei Darusalam US$ 0,03 miliar, Kamboja US$ 0,12 miliar, Laos US$ 0,03 miliar, dan  Myanmar US$ 0,06 miliar.

Dalam KTT Asean di Hua Hin, kata Menteri Keuangan Sri Mulyani, materi pembicaraan sudah mengarah pada bagaimana prosedur pengumpulan, pengunaan dan pengawasan dana-dana itu. "Kalau di IMF kan jelas, ada badan pengawasnya," kata Sri Mulyani.

Dua Mobil Premium BMW Bakal Layani Antar Jemput Pasien RS

Juga perlu disepakati  di mana kantor pusat pengendalian dana-dana itu. "Kalau kita berpikir di Jakarta, karena di sana ada kantor sekretariat Asean," ujarnya. Namun, China menghendaki di Beijing dan Jepang menghendaki di Tokyo.

Paling tidak, lanjut Sri Mulyani, dalam dua bulan ke depan sudah harus disepakati di mana duit itu akan disimpan, bagaimana prosedur dan pengawasannya.

antique.putra@vivanews.com

Xiaomi Redmi Pad Pro Dirilis Global, Intip Spesifikasi dan Harganya
Ilustrasi memakai sunscreen

Direkomendasikan oleh IDI, Apa Sih Physical Sunscreen Itu?

Memakai sunscreen atau tabir surya saat keluar rumah sangat penting, terlebih Indonesia merupakan negara tropis yang 'bersahabat' dengan sinar matahari.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024