Hubungan Indonesia - Suriname

Etnis Jawa Tahunya Kuda Lumping Makan Beling

VIVAnews - Kedekatan budaya dengan rakyat Suriname keturunan Jawa bisa dimanfaatkan untuk memajukan sektor pariwisata Indonesia. Dengan kedekatan hubungan kultural, secara otomatis potensi pendapatan sektor pariwisata akan meningkat.

Demikian ungkap Direktur Jenderal Hubungan Amerika Eropa dari Departemen Luar Negeri Indonesia, Retno L. P. Marsudi. "Karena dengan kita mempromosikan kebudayaan, orang-orang keturunan Jawa di sana akan penasaran dengan akar kebudayaan mereka di Indonesia (Jawa)," kata Retno yang ditemui usai membuka forum pengembangan kerja sama budaya Indonesia dan Suriname di Jakarta, Senin, 29 Juni 2009.

Marsudi menguraikan, pertalian Indonesia dengan Suriname sudah terjalin sejak tahun 1890-an ketika terjadi imigrasi pertama orang Jawa ke Suriname. Saat ini, keturunan etnis Jawa di Suriname mencapai 15 hingga 20 persen dari total populasi yang berjumlah sekitar 500.000 jiwa. Pertalian budaya antara Indonesia dan Suriname, kata Retno, merupakan aset untuk memperkuat relasi kedua negara.

Sejauh ini, Indonesia sudah mempromosikan budaya ke Suriname melalui sejumlah program, antara lain "Indofair". Acara itu merupakan semacam pasar malam di Indonesia.

Direktur Amerika Selatan dan Karibia dari Departemen Luar Negeri, Prayono Atiyanto, mengatakan, "Indofair" yang juga melibatkan 10-15 pebisnis Indonesia termasuk eksportir dan importir diadakan tiap tahun pada September dengan menggelar pertunjukan seni.

Selama ini, wawasan masyarakat etnis Jawa di Suriname atas budaya Indonesia rata-rata hanya sebatas kesenian kuda lumping, lengkap dengan atraksi makan beling. "Pertunjukan seni ada, terutama kuda lumping. Sedihnya, mereka tahunya hanya itu. Padahal, citra budaya kita bukan hanya itu," ujar Prayono. Oleh karena itu, forum ini diadakan untuk lebih meningkatkan hubungan kebudayaan kedua negara.

Kerja sama kedua negara juga sudah mencakup beberapa bidang, termasuk ekonomi dan perdagangan. Indonesia mengekspor berbagai produk, termasuk tekstil, furnitur, dan batik. Nilai perdagangan kedua negara, kata Marsudi, juga mengalami peningkatan 49 persen dari tahun 2007 hingga 2008.

SKK Migas: Komersialisasi Migas Harus Prioritaskan Kebutuhan Dalam Negeri

Forum kerja sama budaya ini akan dilanjutkan dengan joint commission keempat pada tahun ini di Solo. Berbagai topik akan dibahas dalam kesempatan tersebut.

email: renne.editor@vivanews.com

Parkir Cuma Sebentar, Mobil Ini Ditagih Rp48 Juta di Tangerang
Ilustrasi tagian listrik PLN membengkak.

Tarif Listrik April-Juni 2024 Diputuskan Tidak Naik

Kebijakan tidak menaikan tarif listrik pada April-Juni 2024 merupakan upaya pemerintah dalam menjaga daya beli masyarakat.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024