Pasukan Anti Teror Diturunkan, Ukraina Di Ambang Perang Saudara

Aktivis pro-Rusia di gedung pemerintah Donetsk, Ukraina
Sumber :
  • REUTERS/Stringer

VIVAnews - Pemerintah Ukraina rupanya tidak bisa bersabar lagi menghadapi separatisme yang kian marak terjadi di negaranya. Pasukan anti teror akhirnya diturunkan ke beberapa lokasi untuk menghadapi kelompok separatis yang diduga adalah tentara profesional kiriman "negara tetangga".

Diberitakan Telegraph, Selasa 15 April 2014, Kiev menurunkan pasukan khusus jet tempur dan kendaraan lapis baja ke wilayah-wilayah di Ukraina timur, tempat pemberontakan terjadi.

Operasi anti teror ini diperintahkan oleh presiden sementara Ukraina, Oleksandr Tuchynov. Operasi pembersihan dimulai di kota Slavyansk pada Selasa pagi. Pasukan gabungan yang melibatkan polisi, tentara angkatan darat dan pasukan khusus yang membawa bendera Ukraina mendirikan pos-pos pemeriksaan di jalan-jalan bagian selatan kota Izyum.

Di kota Kramatorsk, terjadi pertempuran antara helikopter tempur Ukraina dengan massa pro-Rusia yang menguasai pangkalan udara. Kantor berita Rusia melaporkan ada 11 orang tewas di tempat ini. Namun laporan itu belum dapat dikonfirmasi kebenarannya.

"Pangkalan berhasil kami kuasai. Kami berhasil melakukan perlawanan," kata seorang tentara Ukraina Komandan pasukan khusus Ukraina Jenderal Vasily Krutov bertekad akan menumpas para separatis yang menurutnya berada di balik kepentingan negara tetangga, yaitu Rusia.

Turis China Tewas Usai Jatuh ke Jurang Ijen, Menpar Ingatkan Pengunjung Untuk Patuhi Aturan

Operasi penumpasan separatisme ini diakuinya tidak akan mudah karena musuh mereka juga profesional, "dan adanya warga sipil di antara mereka."

Barat menyalahkan Rusia atas kekerasan yang terjadi di Ukraina. Menteri Luar Negeri Inggris William Hague menuduh Rusia telah dengan sengaja memulai konfrontasi. Dia memperingatkan, ketegangan ini bisa berlanjut hingga puluhan tahun.

"Rusia harus terbuka untuk diplomasi dan penurunan tensi, tapi jika mereka menolaknya, berarti kita harus siap untuk hubungan yang berbeda dengan Rusia dalam 10 hingga 20 tahun ke depan," kata Hague.

Sementara itu di Rusia, Presiden Rusia Vladimir Putin menyerukan PBB untuk mengecam aksi Ukraina dalam menghentikan separatisme di timur negara itu. Menurutnya, Ukraina akan berada di jalan kekerasan yang berujung pada perang saudara.

"Ukraina di ambang perang saudara. Menakutkan. Saya berharap mereka yang bertanggung jawab mengambil keputusan saat ini -- maksud saya, pemerintah Ukraina, yang tidak bisa kita anggap sah karena dari hasil kudeta -- punya otak untuk menghindari negara pada keadaan itu," kata Putin, diberitakan CNN. (eh)

Ilustrasi ekspor impor.

Kemenkeu Monitor Dampak Konflik Israel-Iran ke Ekspor RI

Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyatakan pemerintah terus memonitor dampak perlambatan ekonomi global terhadap ekspor Indonesia yang dipicu panasnya konflik Iran-Israel

img_title
VIVA.co.id
23 April 2024