AS dan Eropa Mulai Jatuhkan Sanksi ke Pejabat Rusia dan Crimea

Pasukan Rusia tanpa identitas berpatroli di Crimea, Ukraina.
Sumber :
  • REUTERS/Baz Ratner
VIVAnews - Amerika Serikat dan Uni Eropa hari ini mulai jatuhkan sanksi terkait referendum yang berlangsung di Semenanjung Crimea. Referendum yang diduga hasil rekayasa Moskow itu menyatakan bahwa mayoritas penduduk Crimea memutuskan lepas dari Ukraina untuk bergabung ke Rusia.
PYCH Binaan BIN Buat Kegiatan Rutin di Papua: Pengembangan Wisata hingga Usaha

Menurut stasiun berita BBC, sanksi yang diterapkan AS dan UE itu berupa larangan bepergian atau tidak memberi izin berkunjung (visa) kepada sejumlah pejabat Rusia dan Ukraina yang pro-Moskow. Aset-aset mereka di AS dan UE juga dibekukan. 
Kiky Saputri Singgung Ayu Ting Ting di Depan Raffi Ahmad, Ekspresi Nagita Slavina Bikin Salah Fokus

Para tokoh yang kena sanksi itu dianggap berperan dalam referendum itu, yang dipandang AS, UE, dan pemerintahan sementara Ukraina di Kiev sebagai  langkah ilegal. 
Ini Sosok Wasit yang Pimpin Duel Timnas Indonesia U-23 Vs Australia, Kontroversial Lagi?

Mereka yang diincar AS adalah tujuh pejabat pemerintah dan parlemen Rusia serta empat pemimpin separatis di Crimea. Di antara mereka adalah Sergei Aksyonov, pemimpin sementara Crimea; Deputi Perdana Menteri Rusia, Dmitry Rogozin; dan Valentina Matviyenko, kepala majelis tinggi parlemen Rusia.  

Berlangsung Minggu kemarin, referendum di Crimea menghasilkan 97 persen dari total pemilih menyatakan wilayah mereka itu harus lepas dari Ukraina dan bergabung ke Rusia. Referendum ini terjadi dua pekan setelah Rusia kerahkan pasukan tanpa atribut ke Crimea untuk mendukung milisi pro-Moskow di sana menyusul tergulingnya Presiden Viktor Yanukovych dari kekuasaan lewat revolusi populer di Ukraina. 

Presiden AS dan sejumlah pemimpin Uni Eropa telah mengungkapkan ketidaksukaan mereka atas referendum di Crimea. Namun Rusia menyatakan bahwa referendum itu sesuai dengan hukum internasional dan Piagam PBB.

Rusia sebelumnya menyatakan perlu mendukung kekuatan bersenjata pro -Moskow di Crimea demi melindungi penduduk di sana dari ancaman kelompok ekstremis dan ultra nasionalis. Sebagian besar penduduk di Crimea beretnis Rusia, sisanya etnis Ukraina dan Tartar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya