"Cara Saudi" Akali Aturan Wajib Tenaga Kerja Lokal

Para pekerja asing di Arab Saudi memperlihatkan paspor mereka
Sumber :
  • REUTERS/Faisal Al Nasser
VIVAnews
Mooryati Soedibyo Meninggal Dunia, Intip Perjalanan Bisnis Mustika Ratu
- Puluhan ribu pekerja termasuk wanita sengaja “direkrut” perusahaan di Arab Saudi hanya untuk memenuhi kuota tenaga lokal yang diwajibkan pemerintah setempat. Menurut beberapa ahli, langkah itu dinilai merusak perekonomian lokal.

Gibran Sowan ke Rumah Dinas Wapres Ma'ruf Amin, Langsung Cium Tangan

Dilansir kantor berita
Smelter Freeport di Gresik Mulai Produksi Agustus 2024 dengan Kapasitas 50 Persen
BBC , aturan baru Kementerian Tenaga Kerja menyebut, setiap perusahaan yang beroperasi di Arab Saudi diizinkan mempekerjakan tenaga kerja asing, asal memenuhi kuota pekerja lokal di perusahaannya. Aturan itu banyak diakali pengusaha.

Mengutip laman
Saudi Gazette
, ketimbang benar-benar mempekerjakan orang lokal, para pengusaha memilih mendekati warga setempat agar namanya tercantum sebagai pegawai. Tetapi, mereka hanya diminta diam di rumah dan bersedia dibayar separuh dari gaji per bulan.


Pengalaman itu diungkapkan salah satu pemuda Saudi, Abdulrahman Saleh.


Saleh mengaku didekati sebuah perusahaan swasta yang menawarinya pekerjaan. Dia bingung, ketika manajer yang menawarinya malah bertanya: apakah dia menginginkan pekerjaan yang sebenarnya atau “ala Saudi”.


Perusahaan itu lantas membuatkan kontrak kerja dengan gaji per bulan senilai SR3000 atau Rp9,5 juta. Itu hanya di atas kertas. Alih-alih harus bekerja, Saleh malah diminta tetap tinggal di rumah dan hanya bersedia dibayar separuhnya, yakni SR1.500 atau Rp4,8 juta.


Di mata seorang pengusaha, Dawood Al-Esaimi, aturan yang diterapkan oleh Pemerintah Saudi tidak menyelesaikan masalah pengangguran. Angkanya di kalangan pemuda masih tinggi. Al-Esaimi menyarankan, program dikombinasikan dengan pelatihan agar pemuda Saudi siap bekerja.


Selain itu, dia juga meminta agar Kementerian Tenaga Kerja tidak saja berfokus kepada jumlah warga Saudi yang bekerja di suatu perusahaan, tetapi lebih kepada kualitasnya.


“Perusahaan swasta berorientasi kepada keuntungan dan membutuhkan pegawai yang memiliki kualifikasi dalam beberapa bidang pekerjaan tertentu,” ungkap Al-Esaimi.


Saat ini, imbuh Al-Esaimi, para pengusaha hanya tertarik mempekerjakan warga Saudi untuk memenuhi jumlah kuota yang diwajibkan pemerintah. Mereka sama sekali tidak berminat untuk melatih atau membuat warga Saudi itu menjadi lebih pintar.


Jumlah kuota yang diwajibkan oleh pemerintah, dianggap Al-Esaimi hanya solusi sementara. Masalah pengangguran akan tetap muncul. Al-Esaimi siap berhenti merekrut tenaga kerja asing, jika ada warga lokal yang memiliki kualifikasi sama menggantikan posisi itu.


Sementara konsultan sumber daya manusia, Bandar Al-Dhabaan, mengatakan, Kementerian Tenaga Kerja seharusnya tidak begitu saja mempercayai data yang diungkap perusahaan Saudi. Perlu dipertanyakan, jenis pekerja macam apa yang dipekerjakan di perusahaannya.


“Bagaimana mungkin seseorang percaya ada ribuan pekerja wanita Saudi di bidang konstruksi di saat yang bersamaan ada begitu banyak pria Saudi yang masih menganggur?” dia bertanya retoris.


Dia mengatakan banyaknya aturan yang diterapkan oleh pemerintah dan badan yang berbeda soal aturan ketenagakerjaan, justru memberi tekanan kepada para pengusaha. Imbasnya, mereka bisa angkat kaki dari Saudi.


“Kita bisa melihat kemungkinan suatu saat nanti, perusahaan Saudi kantor pusatnya bukan di sini, tetapi di negara Teluk lainnya karena merasa lebih diuntungkan dengan fasilitas yang diberikan di negara tersebut,” kata dia.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya