Warga Singapura: Penamaan KRI Kembali Buka Kenangan Pahit

Kawasan Orchard Road, Singapura
Sumber :
  • dsphotographic.com

VIVAnews - Keluarga korban aksi pengeboman MacDonald House yang terjadi pada 1965 di Orchard Road, Singapura, menyayangkan sikap Pemerintah Indonesia yang berniat menamai KRI menggunakan nama Usman Harun.

Caleg Demokrat Fathi Lolos ke Senayan Bareng Melly Goeslaw dari Dapil Jabar I

Menurut mereka, nama itu kembali membangkitkan kenangan pahit di masa lampau.

Dikutip dari laman Channel News Asia, Minggu 9 Februari 2014, serangan yang terjadi 49 tahun lalu tersebut, meninggalkan banyak luka permanen dan mengambil nyawa keluarga orang terkasih.

Untuk itu, keluarga korban tidak memahami langkah Pemerintah Indonesia yang justru memilih untuk mengingatkan peristiwa itu kembali setelah hampir 50 tahun berlalu.

Akibat aksi pengeboman yang terjadi pada 10 Maret 1965 sore itu, menyebabkan sebuah lubang besar di lantai gedung MacDonald House. Bahkan, pintu lift pun ikut hancur.

Dampak bom yang paling terlihat nyata yaitu di tempat alat peledak tersebut diledakkan. Kaca-kaca yang berlokasi sekitar hampir 100 meter dari lokasi bom diletakkan hancur berkeping-keping. Kendaraan yang diparkir di luar gedung pun tak luput kena sasaran.

Salah satu keluarga korban yang masih merasa trauma dengan peristiwa itu yakni, Janet Ng, putri dari salah satu korban tewas, Elizabeth Choo. Ia mengaku bahwa hingga kini masih teringat sang ibu.

"Tiap kali saya melewati Orchard Road, MacDonald House (saya berpikir) di situlah ibu saya meninggal, meninggalkan enam anak-anaknya sebagai yatim piatu dalam sekejap," ungkap Janet.

Hingga saat ini, kejadian itu masih membekas di benaknya. "Dia hilang di udara malam yang tipis dan kami benar-benar bergantung kepadanya untuk dapat bertahan hidup demi mendukung kami," ujarnya.

Dia pun mengaku heran dengan langkah Pemerintah Indonesia yang mencoba mengungkit kembali peristiwa itu setelah sekian lama. "Untuk apa mereka melakukan hal itu dan membawa kembali penderitaan tersebut, kepada ketiga keluarga?" tanya Janet.

Janet mengenang, saat itu, sebelum kedua marinir dieksekusi mati, dia ditelepon dan diinformasikan bahwa keduanya ingin bertemu serta meminta maaf. Janet menjawab sudah memaafkan semua itu, tetapi tidak dapat melakukan apa pun untuk menyelamatkan nyawa keduanya.

Korban lainnya yang masih selamat dari peristiwa itu, yakni Kenny Yeo. Kenny kala itu berusia 24 tahun, saat peristiwa tersebut terjadi.

Dia mengaku, akibat serangan bom itu membuatnya trauma seumur hidup. Akibat luka yang dideritanya, Kenny menerima 366 jahitan di seluruh tubuh dan menyebabkan salah satu matanya buta.

"Saya marah, namun karena hal ini sudah terjadi di masa lampau, kami sebaiknya memaafkan. Apabila mereka berupaya memprovokasi kami, maka biarkanlah," ujar Kenny.

Kendati sebagian besar publik lebih mempertanyakan di balik sikap Pemerintah Indonesia yang menggunakan nama Usman Harun, tetapi warga Singapura lainnya juga berpendapat peristiwa tersebut seharusnya dijadikan pelajaran yang berharga. Warga Singapura juga harus mampu untuk memaafkan.

Namun, di mata mantan Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Lee Khoon Choy, periode 1970 dan 1974, serangan itu berimplikasi serius pada 1965 silam.

"Tentu saja itu merupakan motif yang agresif untuk mencampuri urusan keamanan dalam negeri kami. Untuk mengebom dan membunuh warga kami," ungkap Lee.

Menurut Lee, ketika mantan Perdana Menteri Lee Kuan Yew menaburkan bunga di atas makam keduanya, masalah di antara kedua negara telah selesai. "Anda tidak perlu lagi mengungkit hal tersebut. Mereka sudah dimakamkan sebagai pahlawan," kata dia. (art)

Daftar Harga Motor Vespa per Maret 2024
Billy Syahputra

Dekat dengan Banyak Wanita, Billy Syahputra Gerah Sering Dijodohkan

Billy Syahputra mengaku sempat ‘gerah’ dengan komentar netizen yang selalu menjodoh-jodohkannya dengan wanita yang dekat dengannya.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024