Diprotes Massa Berhari-hari, PM Ukraina Mundur

Bentrokan aparat keamanan dan demonstran di Kiev, Ukraina
Sumber :
  • REUTERS/Gleb Garanich
VIVAnews
Momen Akrab Prabowo dan Jokowi di Acara Bukber di Istana Negara
- Perdana Menteri Ukraina, Mykola Azarov, mengundurkan diri dari jabatannya di tengah gelombang demonstrasi massal anti pemerintah selama berhari-hari di negara pecahan Uni Soviet itu. Parlemen pun mencabut undang-undang anti demonstrasi, yang mereka sahkan 12 hari lalu, demi meredakan situasi.

Honda BeAT Jadi Incaran Maling bukan karena Tidak Aman

Menurut kantor berita
Berlaku Progresif, Perjanjian Ekstradisi Indonesia-Singapura Bakal Libas 31 Pelaku Tindak Pidana
Reuters , permintaan mundur Azarov pada Selasa waktu setempat akhirnya dikabulkan oleh Presiden Viktor Yanukovich. Pengunduran diri Azarov disambut meriah para pemrotes di Lapangan Kemerdekaan Ibu Kota Kiev. Namun, mereka bertekad terus melancarkan aksi jalanan, yang juga menuntut mundur Yanukovich.


"Kita tidak hanya ingin mengganti pemerintah, namun juga peraturan-peraturannya," seru pemimpin kubu oposisi Vitaly Klitschko. "Perjuangan terus berlanjut," kata mantan juara dunia tinju kelas berat itu.


Segera setelah Azarov mundur, Deputi Perdana Menteri Serhiy Arbuzov tampil sebagai perdana menteri sementara. Beberapa menteri tetap bertahan sebagai pejabat demisioner hingga kabinet baru terbentuk. 


Dikenal sebagai politisi yang loyal kepada Presiden Yanukovich, Azarov mengatakan pengunduran diri ini sebagai langkah untuk mengatasi krisis politik secara damai. Azarov menjadi sasaran kemarahan para demonstran setelah dia mencap mereka sebagai teroris.

 

Krisis politik di Ukraina muncul dua bulan lalu setelah Azarov dinilai tidak mampu memulihkan ekonomi Ukraina dari jerat utang. Dia lalu dinilai membuat kesalahan setelah batal menyepakati perdagangan bebas dengan Uni Eropa.


Azarov pun terang-terangan menyatakan bahwa Ukraina sebaiknya lebih mendekatkan diri kepada Rusia agar bisa mendapat bantuan keuangan dari Moskow. Langkah Azarov ini mengundang kemarahan oposisi, yang berhasil menggalang protes massal di jalanan. Bentrokan pemrotes dan polisi dalam beberapa hari terakhir telah menewaskan enam orang.


Kemarahan massa semakin meningkat setelah parlemen mengesahkan undang-undang anti unjuk rasa pada 16 Januari lalu. Namun, undang-undang itu akhirnya diminta dicabut oleh para politisi yang loyal kepada Presiden Yanukovich.(np)



 



 



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya