Mandela Pernah Terima Pelatihan Bela Diri dari Intel Israel

Patung Nelson Mandela di Pretoria, Afrika Selatan
Sumber :
  • REUTERS/Thomas Mukoya

VIVAnews – Surat rahasia dari pejabat intelijen Israel, Mossad, kepada Kementerian Luar Negeri Israel akhir pekan lalu mencantumkan informasi bahwa Nelson Mandela pernah dilatih oleh mata-mata Israel. Surat rahasia berjudul The Black Pimpernel itu ditulis 11 Oktober 1962.

Stasiun berita Australia ABC, Senin 23 Desember 2013, melansir informasi itu diperoleh dari harian Israel, Haaretz, yang memperoleh surat tersebut dari seorang cendekiawan Israel, David Fachler. Dia lalu menyerahkan surat itu kepada media Israel.

Pada tahun ditulisnya surat itu, Mandela yang merupakan pejuang anti-apartheid Afrika Selatan diketahui kabur dari negaranya untuk melobi beberapa pemimpin negara-negara Afrika. Tujuannya untuk memperoleh dukungan militer dan finansial bagi organisasi sayap Kongres Nasional Afrika (ANC).

Mandela lantas mendekati Kedutaan Besar Israel di Ethiopia dengan menyapa "Shalom". Saat itu, Mandela disebut mengenalkan diri dengan nama palsu, David Mobsari. Ia mengaku berasal dari Rhodesia.

SIM Mati Bisa Diperpanjang, Tidak Perlu Bikin Baru

Agen intel Mossad saat itu tidak mengetahui identitas asli Mobsari sampai mereka melihat sebuah foto Mandela yang dipampang di media cetak beberapa bulan kemudian.

“Kami berdiskusi mengenai seorang murid yang dilatih di Ethiopia bernama David Mobasari dari Rhodesia. Individu yang disebut dilatih oleh seorang warga Ethiopia mengenai bela diri judo, sabotase, dan persenjataan,” tulis surat tersebut.

"Black Pimpernel" merupakan julukan yang diberikan saat itu kepada Mandela. Menurut harian Haaretz, "warga Ethiopia" merupakan kode sandi untuk menyebut agen-agen Mossad yang bekerja di Ethiopia.

Surat tersebut juga menyatakan, Mandela dianggap sebagai sosok cerdas yang tahu banyak hal mengenai Yahudi dan Israel. Sebagai imbal balik karena telah melatih Mandela, agen Mossad tersebut ingin menjadikannya seorang Zionis.

Namun, perwakilan Yayasan Nelson Mandela mempertanyakan kebenaran berita itu. Mereka membenarkan Mandela pernah berkunjung ke beberapa negara Afrika waktu itu, bahkan menerima pelatihan militer dari pejuang pembebasan Aljazair di Maroko dan dari batalion Ethiopia di Kolfe, dekat Addis Ababa.

Setelah itu, Mandela kembali ke Afsel pada Juli 1962. Namun, tidak ada bukti apa pun bahwa Mandela pernah berhubungan dengan agen Mossad.

“Pada 2009, seorang peneliti senior dari Yayasan Nelson Mandela pergi ke Ethiopia dan mewawancarai pria yang selamat dalam membantu pelatihan Mandela. Di sana tidak ada satu pun bukti kaitan antara Mandela dan Israel,” kata perwakilan yayasan tersebut.

Terdakwa Yahudi

Berdasarkan dokumen rahasia lainnya, Israel disebut terus berupaya membangun ketertarikan pada diri Mandela, khususnya setelah dia ditahan melalui Pengadilan Rivonia. Dalam dokumen itu juga disebut bahwa sepertiga terdakwa dalam sidang Mandela merupakan Yahudi.

Israel sempat khawatir dengan adanya keterlibatan warga mereka yang malah dapat menyebarkan paham anti semitik di Afsel. Dalam sebuah surat yang tertulis tanggal 21 April 1964 dan ditulis oleh diplomat Israel di Afsel Azriel Harel, ia menyerukan opini internasional demi mencegah terdakwa di Pengadilan Rivonia dari vonis mati.

Diplomat Israel juga menyarankan agar aksi pemboikotan terhadap Afsel dipikirkan ulang. “Mungkin nilai ekonomi dari aksi boikot kecil, tetapi secara psikologis atau publikasi sangat tinggi. Selain itu, hal ini dapat memaksa Afsel menghapus kebijakan rasisnya,” tulis Harel ketika itu.

Hubungan Israel dengan Afsel usai dihapuskannya politik apartheid tetap dingin. Pemerintah Afsel adalah pendukung kuat Palestina, dan Palestina pun sering membandingkan aksi kampanye mereka dengan yang dilakukan Mandela.

Walau begitu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tetap ingin hadir di misa penghormatan bagi Mandela 10 Desember lalu. Namun, dia terpaksa absen lantaran dikritik terkait biaya ke Afsel yang terlalu tinggi, sedangkan di saat bersamaan delegasi parlemen Israel sudah menghadiri misa penghormatan Mandela itu. (art)

Menteri Investasi Bahlil Lahadalia

Pernah Dampingi Gibran ke Papua, Bahlil Bantah Tudingan Tak Netral

Bahlil Lahadalia merespons tudingan dalam sidang sengketa Pilpres 2024 di MK. Ia dituding tak netral dengan mendampingi Gibran Rakabuming Raka ke Papua.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024