Pemimpin Dunia Khawatirkan AS Gagal Bayar Utang

Presiden Amerika Serikat Barack Obama
Sumber :
  • REUTERS/Kevin Lamarque
VIVAnews - Presiden Bank Dunia, Kim Yong Jim, pada Sabtu lalu meminta Pemerintah Amerika Serikat (AS) agar segera menyelesaikan kebuntuan batas ambang hutang yang akan jatuh tempo pada Kamis, 17 Oktober 2013. Pasalnya situasi yang tak menentu saat ini membuat pasar gelisah dan akan membahayakan bagi perekonomian negara-negara berkembang dan miskin. 
Relawan Prabowo Batal Gelar Aksi, Polisi Berlakukan Pengalihan Arus Situasional Depan MK

Demikian ungkapan Jim, ketika berbicara di forum pertemuan tahunan  Badan Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington pada Sabtu kemarin. Laman LA Times, Sabtu 12 Oktober 2013, melansir pernyataan Jim disampaikan di hadapan ratusan delegasi dan pejabat tinggi yang hadir dari 188 negara. 
Perkembangan Terbaru Pengobatan TBC Resisten Obat, Bikin Cepat Sembuh dengan Obat Ini!

"Kami mendorong para pengambil kebijakan di Washington agar segera mencari solusi secepatnya untuk menghindari imbas bencana dari kemungkinan gagal bayar hutang atau default," ujar Jim. 
Alasan Nikita Willy Biarkan Baby Issa Makan Sambil Ngantuk

Ketidakpastian dan situasi yang tak menentu, imbuh Jim, tentu malah akan mempersulit bagi negara-negara berkembang mendapat akses keuangan. 

"Situasi seperti ini akan memperlambat investasi dan sekaligus memberikan dampak negatif bagi perekonomian global. Pihak yang paling menderita dari situasi ini di masa mendatang yakni negara-negara miskin," kata dia. 

Kebuntuan diskusi di antara Gedung Putih, Kongres dan DPR, ujar Jim, tidak akan membantu organisasinya untuk mengurangi jumlah rakyat miskin yang ditargetkan akan dicapai tahun 2030 mendatang. Pada faktanya, saat ini terdapat sekitar 400 juta anak yang hidup dengan biaya kurang dari US$1,25 atau Rp14 ribu. 

Kegusaran serupa juga diungkap oleh Kepala Bank Sentra Eropa, Mario Draghi kepada media. Dia mengaku tidak dapat membayangkan apa yang akan terjadi seandainya kesepakatan tidak juga tercapai hingga hari Kamis esok. 

"Apabila situasinya akan berlangsung lama, maka hal itu akan memberikan dampak negatif terhadap perekonomian AS dan dunia. Sudah pasti, hal itu akan membahayakan pemulihan ekonomi," ujar Draghi. 

Sementara Menteri Keuangan Singapura, Tharman Shanmugaratnam, yang juga menjabat sebagai Ketua Komite IMF, turut menyampaikan opini serupa. Baginya, apabila solusi tidak juga diambil dalam jangka waktu enam bulan atau lebih, maka hal tersebut dapat menghancurkan rasa percaya yang dibutuhkan para pebisnis untuk mengambil keputusan investasi. 

"Apabila kami tidak juga menemukan resolusi atas permasalahan hutang AS, maka sulit untuk melihat bagaimana rasa percaya akan dipulihkan. Sehingga masalah ini menjadi penting untuk kami semua," kata Shanmugaratnam seperti dilansir laman Huffingtonpost. 

Kendati Presiden Barack Obama pada pekan ini baru saja menunjuk Janet Y. Yellen untuk menggantikan Kepala Bank Sentral (Federal Reserve), Ben S. Bernanke dan diharapkan dapat memperbaiki situasi perekonomian AS, namun Direktur IMF, Christine Lagarde, pesimistis hal itu dapat membantu memperbaiki situasi. 

"Saya sangat berharap bahwa saya begitu yakin, bahwa kesepakatan itu akan terjadi," ujar Lagarde. 

Kegusaran para pemimpin keuangan dunia terhadap isu batas ambang hutang AS dapat dimengerti, karena hal itu akan berdampak langsung terhadap situasi keuangan nasional mereka. Pasalnya banyak negara yang memegang obligasi AS. 

Apabila AS benar-benar memasuki situasi gagal bayar (default), maka saham kemungkinan akan langsung turun dan mengancam sistem keuangan global. 

Menteri Keuangan Rusia, Anton Siluanov, pada Jumat kemarin mengatakan sebanyak 45 persen cadangan devisa luar negeri negaranya berupa hutang AS. Kendati demikian, Rusia belum merasa perlu untuk menyesuaikan strateginya terkait cadangan devisa asing. 

Dalam kesempatan itu, Siluanov turut menyampaikan rasa empatinya terhadap situasi yang kini tengah menimpa AS. Khususnya setelah Menkeu AS, Jacob J.Lew, terpaksa membatalkan pertemuan dengan Menkeu Prancis, gara-gara dia harus menghadiri rapat di Gedung Putih dan Senat soal anggaran. 

"Pemerintahan ini sedang berupaya melakukan apa pun untuk menyelesaikan masalahnya. Tidak ada satu pun yang merasa diuntungkan dari ketidakpastian ini, karena malah akan memberikan dampak negatif terhadap semua negara," ujar Siluanov. 

Mereka pun berharap Pemerintah AS dan Kongres akan segera menuntaskan situasi ini dan ketidakpastian tersebut akan hilang dalam beberapa hari ke depan. 
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya