Warga AS Terlibat Penyerangan Mal di Kenya

Tentara menyerbu ke dalam mall di Kenya yang dikuasai teroris
Sumber :
  • REUTERS/Goran Tomasevic
VIVAnews -
Tragedi DBD, Kisah Meninggalnya Seorang Anak di Lampung
Menteri Luar Negeri Kenya, Amina Mohammed, pada Senin kemarin mengatakan, dua atau tiga warga Amerika Serikat turut terlibat dalam penyerangan mal Westgate, Nairobi, Kenya. Selain warga AS, satu orang warga Inggris turut disebut menjadi bagian dari kelompok militan asal Somalia, al-Shabaab. 

Bantah Selingkuh, Rizky Nazar Tantang Netizen Buktikan Video Ciuman dengan Salshabilla Adriani

Laman
Motif TikToker Galih Loss Buat Konten Penistaan Agama Terkuak, Ternyata Buat Cari Endorse
CBS News , Senin 23 September 2013 melansir warga AS yang terlibat dalam serangan itu masih berumur sangat muda. "Mereka berusia antara 18 hingga 19 tahun keturunan Somalia atau Arab Saudi dan tinggal di Minnesota atau tempat lain di Amerika Serikat," ungkap Mohammed dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh
PBS
untuk program
News Hour
.


Sementara pelaku penyerangan asal Inggris disebut Mohammed adalah seorang perempuan. Dia diketahui telah melakukan aksi serupa beberapa kali. Pernyataan Mohammed diperkuat kalimat dari Kepala Jenderal Staff, Julius Karangi. Kepada Reuters pada Senin kemarin, dia mengatakan pelaku teror berasal dari beberapa negara.


"Kami mengetahui siapa saja mereka, kewarganegaraannya dan bahkan jumlah mereka saat ini di dalam," ujar Karangi.


Karangi menambahkan, aksi teror yang sedang dihadapi tentara militer Kenya bukan lagi hanya sekadar peristiwa lokal. "Kami di sini bertarung melawan terorisme global dan memiliki peralatan intelijen mumpuni untuk menduga hal tersebut," imbuh Karangi.


Pemerintah AS langsung melakukan penyelidikan terkait klaim ini. Sebelumnya selama beberapa tahun terakhir, ada puluhan warga AS yang direkrut oleh al-Shabaab. Banyak dari mereka berasal dari komunitas Somalia di Minneapolis, Minnesota.


Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, mengatakan pada Senin kemarin tidak memiliki bukti definitif seperti kebangsaan atau identitas penyerang. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Juru Bicara Gedung Putih, Ben Rhodes.


"Laporan yang dikeluarkan Shabaab, bahwa apa pun informasinya  itu dari al Shabaab maka mengindikasikaan informasi tersebut sejalan," kata dia.


Namun Rhodes mengaku tidak ingin terlalu terburu-buru menyimpulkan hal ini. "Tentu saja kami harus memiliki dasar yang jelas. Informasi itu tetap kami pantau secara hati-hati dan merekrut warga AS untuk dapat ke AS.


Sebelumnya dalam akun Twitter yang mewakili kelompok al Shabaab, ditulis kewarganegaraan pelaku. Situs itu menyebut tiga orang AS, seorang berkewarganegaraan Kanada, satu warga negara Swedia, satu orang Finlandia, dan dua Inggris. Namun setelah diteliti  oleh beberapa pejabat keamanan, semua klaim warga negara itu palsu.


Sementara pakar yang memantau situs internet militan, Laith Alkhouri, dengan berhasil merekrut warga barat, akan memberikan banyak keuntungan bagi kelompok al Shabaab. "Bagi al-Shabaab, dengan merekrut anggota yang berasal dari negara barat sebagai bagian tim operasional, maka secara otomatis mereka akan membawa paspor negara barat. Mereka dengan bebas dapat bepergian ke mana pun dan lebih sedikit melalui pemeriksaan," ujar Alkhouri.


Alkhouri menambahkan dengan kehadiran mereka, dapat menarik perhatian dunia internasional sehingga di mata petinggi kelompok al-Qaeda di Semenanjung Arab, mereka terlihat jauh lebih kredibel karena berhasil membujuk dan sukses mengadakan operasi trans nasional," imbuh dia. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya