Sadapan Telepon Buktikan Assad Perintahkan Serangan Senjata Kimia
Jumat, 6 September 2013 - 09:35 WIB
Sumber :
- REUTERS/Bassam Khabieh
VIVAnews -
Bukti-bukti bermunculan soal penggunaan senjata kimia oleh rezim Bashar al-Assad yang menewaskan ribuan orang di Suriah. Bukti baru disampaikan oleh intelijen Jerman yang mengaku telah menyadap percakapan telepon antara petinggi Hizbullah dan diplomat Iran di Damaskus, Suriah.
Diberitakan Reuters , Kamis 5 September 2013, hasil sadapan yang dihadirkan agen intelijen Bundesnachrichtendiens (BND) kepada anggota parlemen Jerman awal pekan ini menunjukkan percakapan yang membuktikan bahwa Assad memerintahkan serangan senjata kimia pada warga.
Diberitakan Reuters , Kamis 5 September 2013, hasil sadapan yang dihadirkan agen intelijen Bundesnachrichtendiens (BND) kepada anggota parlemen Jerman awal pekan ini menunjukkan percakapan yang membuktikan bahwa Assad memerintahkan serangan senjata kimia pada warga.
"BND membawa rekaman percakapan telepon antara petinggi Hizbullah dan diplomat Kedutaan Besar Iran yang membicarakan bahwa Assad memerintahkan serangan," kata seorang anggota parlemen dalam pertemuan tersebut kepada Reuters.
Dalam telepon tersebut, petinggi Hizbullah mengatakan bahwa serangan itu adalah langkah yang salah besar. Kepada diplomat Iran, dia mengatakan bahwa Assad melakukan itu karena panik dan takut pejuang Suriah akan menguasai ibukota Damaskus.
Juru bicara Hizbullah menolak untuk berkomentar mengenai masalah ini. Pihak BND juga tidak memberikan pernyataan rezmi pada media, dengan alasan mereka hanya berbicara para pemerintah dan parlemen untuk masalah yang sensitif ini.
Kendati Jerman turut andil dalam menyelidiki senjata kimia di Suriah, namun negara ini enggan untuk ambil bagian dalam rencana penyerangan ke Suriah yang dimotori Amerika Serikat. Salah satu partisipan dalam pertemuan tersebut mewanti-wanti, jangan sampai laporan intelijen Jerman jadi pembenaran serangan mematikan negara lain ke Suriah.
Dia mencontohkan perang Irak yang dipicu oleh laporan intelijen Jerman. Saat itu, seorang pembelot dari Irak bernama Rafid Ahmed Alwan al-Janabi mengaku pada BND bahwa rezim Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal. Laporan Janabi yang dikenal dengan nama "Curveball" ini kemudian jadi landasan Presiden George Bush kala itu untuk menginvasi Irak tahun 2003, menewaskan 100.000 orang dan menggulingkan Saddam.
Laporan tahun 2004 menunjukkan bahwa Janabi berbohong. Kepada
The Independent
tahun 2012, dia mengaku mengarang cerita itu untuk menggulingkan rezim Saddam Hussein yang menurutnya kejam.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"BND membawa rekaman percakapan telepon antara petinggi Hizbullah dan diplomat Kedutaan Besar Iran yang membicarakan bahwa Assad memerintahkan serangan," kata seorang anggota parlemen dalam pertemuan tersebut kepada Reuters.