Polisi Tetapkan Tersangka Pencungkil Mata Bocah di China

Proses produksi patung lilin di Museum Madame Tussauds
Sumber :
  • REUTERS/ Lucas Jackson
VIVAnews -
Bocoran Hasil Pertemuan Jokowi dengan Prabowo-Gibran di Istana
Kepolisian kota Linfen, China akhirnya menetapkan seorang tersangka utama dalam kasus pencungkilan mata seorang bocah berusia enam tahun, Guo Bin.

Jamaika Akhirnya Akui Palestina Sebagai Negara, Peringatkan Israel Tarik Pasukan Militer

Dia adalah Zhang Huiying, yang tak lain adalah bibi korban sendiri. Sayangnya, Huiying ditemukan tewas karena bunuh diri dengan melompat ke dalam sebuah sumur desa.
Viral Megawati Kenalin Pacarnya ke Pemain Red Sparks, Ternyata Peraih Medali SEA Games


Laman Dailymail , Selasa 3 September 2013 melansir aksi bunuh diri Huiying terjadi pada Jumat pekan lalu. Sementara polisi berkesimpulan Huiying sebagai pelaku karena ditemukan darah di bajunya.


Setelah dilakukan pemeriksaan DNA, darah itu sesuai dengan darah Guo Bin. Selain itu, menurut hasil penyelidikan memang turut mengarah Huiying sebagai tersangka utama.


Namun hingga kini polisi belum mengungkap motif Huiying melakukan aksi kejam itu kepada keponakannya sendiri. Polisi menepis adanya motif penjualan organ, karena kornea mata Bin masih ditemukan melekat dengan bola matanya.


Sementara kondisi Bin yang masih terbaring di RS sudah dalam keadaan stabil. Namun dia belum mengetahui apa yang terjadi pada dirinya.


Baik dokter maupun keluarga belum memberitahu Bin bahwa dirinya tak lagi dapat melihat. Mereka khawatir Bin akan mengalami trauma psikologis.


Aksi simpati terus mengalir

Menurut laporan harian China Daily, publik rela mendonasikan sebagian dana mereka dan hingga kini sudah terkumpul 800 ribu Yuan atau Rp1,4 miliar. Bantuan juga diberikan oleh RS Mata Dennis Lam yang berlokasi di kota Hong Kong.


Pasalnya, dokter pemilik RS tersebut, Dennis Lam Shun-chiu, berniat menolong Bin untuk mengembalikan penglihatannya walau tidak bisa pulih 100 persen. Dennis mengaku sudah membentuk sebuah tim dokter yang terdiri dari para spesialis mata untuk mengobati mata Bin.


Pengobatan itu akan melibatkan teknologi tinggi dengan menggunakan sensor di dalam lidah dan dahi Bin untuk mendeteksi arah dan gerakan. Selain itu, mereka berniat memberikan Bin mata elektronik.


Dengan alat itu, Bin dapat melihat cahaya dan bentuk benda melalui sinyal yang dikirim melalui syaraf penglihatannya. Teknologi semacam ini sudah digunakan di beberapa negara di Eropa, Amerika Serikat dan Jepang.


Fungsinya dapat membantu mengembalikan sebagian penglihatan bagi individu seperti Bin yang masih memiliki syaraf penglihatan yang berfungsi. Namun pihak dokter masih menunggu persetujuan dari pihak keluarga Bin.


Apabila mereka setuju, maka beberapa seri tindakan operasi akan mulai dilakukan dalam beberapa minggu ke depan setelah lukanya membaik. Langkah pertama yang akan dilakukan tim dokter adalah memberikan bola mata buatan ke dalam tengkorak di bagian mata.


Tujuannya untuk memberikan Bin penampilan yang normal. Sementara mata elektronik, menurut salah satu anggota tim dokter, Fairooz P. Manjandavida, baru dapat dilakukan sepuluh tahun kemudian. 


Selain bantuan medis, sebuah sekolah khusus bagi siswa tuna netra di kota Taiyuan, mengaku siap menerima Bin sebagai salah satu siswa mereka. Hal itu disampaikan sendiri oleh Kepala Sekolah Li.


Bahkan mereka menjanjikan pendidikan gratis bagi Bin, apabila bersedia sekolah di sana.


Peristiwa memilukan yang dialami Bin terjadi pada tanggal 24 Agustus kemarin. Saat tengah bermain di luar rumahnya, di kota Linfen, Provinsi Shanxi, Bin tiba-tiba diculik lalu dibius. Kedua orang tua Bin baru sadar putranya hilang, setelah dia tidak merespon panggilan untuk makan malam.


Saat ditemukan, wajah Bin sudah bersimbah darah dengan keadaan mata dicungkil. (aj)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya