Bengawan Solo dalam Petikan Alat Musik Tradisional Jepang

Musisi Jepang bawakan Bengawan Solo
Sumber :
  • Santi Dewi/VIVAnews
VIVAnews -
Yusril Sindir Mahfud soal Narasi dan Petitum Gugatan Sengketa Pilpres Tak Sejalan
Lagu Bengawan Solo ciptaan maestro Gesang Martohartono terasa berbeda ketika dibawakan dengan menggunakan alat musik tradisional Jepang, Koto.

Bareskrim Bongkar Sindikat BBM Pertamax Palsu, Manajer hingga Pengelola SPBU jadi Tersangka

Sang pemetik Koto, Michiko Koto, memainkan lagu legendaris itu dengan sangat apik, diiringi dengan lantunan suara flute yang ditiup oleh sang kakak, Naoto Koto.
Kemenkominfo Menggelar Nobar Webinar "Mengenal Literasi Digital Sejak Dini"


Penonton yang mendengar permainan kedua kakak beradik itu pada Minggu malam 01 September 2013 di kediaman Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Yoshinori Katori, di Kebayoran Baru terpukau dengan permainan mereka. Mereka tidak menyangka bahwa lagu tersebut sangat populer di Jepang.

"Lagu Bengawan Solo, sangat populer di Jepang. Apalagi setelah dibawakan oleh salah satu penyanyi terkenal Mitsuraki Bari. Lagu itu semakin dikenal publik Jepang," ungkap Naoto saat berbincang dengan
VIVAnews
usai tampil dan membawakan delapan lagu tadi malam dalam pagelaran musik Hana Temari.


Selain lagu Bengawan Solo, keduanya juga membawakan lagu-lagu Indonesia lainnya, seperti Indonesia Pusaka, Hallo-Hallo Bandung, dan Nona Manis. Mereka bahkan ikut menyanyikan lirik dari lagu-lagu itu.


Kendati baru menjejakkan kaki kali pertama di Indonesia, baik Naoto dan Michiko mengaku menyukai tanah air, khususnya Jakarta.


"Kami menyukai orang-orangnya, karena mereka terlihat antusias sekali ketika menyaksikan penampilan kami dan bertepuk tangan," kata Naoto.


Ditanya
VIVAnews
alasan memilih tetap bermain alat musik tradisional ketimbang modern, Michiko bertutur itu semua karena sang Ibu.


"Ibu saya dulu juga kerap memainkan Koto, walau bukan sebagai pemain profesional. Dia lah yang mengenalkan saya untuk kali pertama kepada alat musik Koto," tutur Michiko.


Sementara Naoto mengaku lebih tertarik untuk belajar memainkan Flute. Saking cintanya terhadap alat musik tiup itu, dia ingin mempelajarinya sejak masih berusia dini.


"Tapi Ibu saya selalu mengatakan perlu menunggu selama satu tahun dulu, baru bisa belajar," ungkap Naoto.


Ditanya kesulitan memetik alat musik Koto, diakui Michiko awalnya memang sangat sulit.


"Sama seperti ketika Anda belajar piano di awal. Sulit, tapi setelah dipelajari sebenarnya alat musik ini sangat mudah dimainkan," kata perempuan yang telah bermain Koto selama 30 tahun tersebut.


Keduanya akan berada di Indonesia selama tiga hari dan tampil di beberapa tempat, seperti Universitas Darma Persada, Bina Nusantara dan Plaza Senayan dalam Pagelaran Jakarta Japan Matsuri 2013. Selain di Indonesia mereka mengaku pernah tampil di negara lain seperti Kanada, Korea Selatan, Jerman, Inggris, dan Amerika Serikat.


Mereka juga sudah membuat empat album. Koto merupakan alat musik tradisional petik Jepang. Alat musik ini terbuat dari kayu dengan panjang sekitar 180 centimeter.


Koto tersedia dalam berbagai bentuk. Menurut Michiko, untuk pemula, mereka dapat memainkan alat petik yang terdiri dari 13 senar. Sementara mereka yang mahir bermain menggunakan Koto 17 senar.  (sj)


Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya