Inggris Minta Warganya di Indonesia Berhati-hati di Wilayah Tertentu

Perketat Keamanan Pasca Bom Solo
Sumber :
  • Foto:ANTARA/Nyoman Budhiana
VIVAnews - Pemerintah Inggris, melalui Kementerian Luar Negeri, kembali memperingatkan para warganya atas ancaman tindak terorisme maupun kejahatan bersenjata di Indonesia. Mereka diminta waspada saat berada di beberapa tempat yang tergolong rawan di negara itu. 
5 Polisi di Kolaka Ditangkap karena Keroyok Warga hingga Babak Belur, Kapolres Minta Maaf

"Pengunjung diharapkan berhati-hati saat ke Aceh, Provinsi Sulawesi Tengah (khususnya Palu, Poso dan Tentena), Maluku (khususnya Ambon), Papua dan Provinsi Papua Barat," tulis Kemlu Inggris. 
Kunjungan ke Jepang, Sekjen Kemnaker Terus Berupaya Tingkatkan Kerja Sama Pengembangan SDM

Peringatan itu dikeluarkan setelah warga Inggris asal Skotlandia, Malcolm Primrose, diculik oleh enam pria bersenjata di Aceh Timur saat dalam perjalanan dari lokasi pengeboran di Matang Satu, Blang Simpo, pada 11 Juni kemarin. Pelaku menghentikan mobil Primrose dan mengikat sopirnya. 
Respons Surya Paloh Soal Waketum Nasdem Sambangi Rumah Prabowo Subianto Malam Ini

Sementara pelaku membawa kabur Primrose ke mobil lain dan menuju ke Desa Simpang Klit. 

Menurut harian Daily Mail, pelaku penculikan melepaskan Primrose Kamis kemarin usai keluarganya mengatakan tidak sanggup menyediakan uang tebusan senilai 300.000 pound sterling atau Rp4,7 miliar. Menurut pengakuan isteri Primrose, Nurasiah, pelaku sempat menghubunginya untuk meminta uang tebusan. 

Tidak berhasil dapat uang tebusan, pelaku menyerah dan melepaskan suaminya. Primrose tidak dapat menyembunyikan rasa terharunya ketika akhirnya dapat berkumpul kembali dengan keluarga. 

Saat tahu bahwa dia diculik, Primrose mengaku sempat khawatir dia tidak dapat kembali bertemu keluarganya lagi. 

"Saya hanya dapat bersyukur kepada Tuhan bahwa semuanya berakhir baik-baik saja," ujar Primrose dengan mata berkaca-kaca. 

Menurut Primrose selama dua hari diculik, dia diperlakukan baik oleh si pelaku. Mereka tidak menyakit Primrose dan bahkan memberinya makan. 

Saat akhirnya pelaku membebaskan Primrose, pelaku bahkan menunjukkan jalan ke daerah di mana nanti dia akan dijemput oleh polisi. Hingga saat ini polisi masih belum bersedua menginformasikan detail informasi soal penculik yang sempat menghubungi keluarga Primrose. 

Namun diduga mereka berasal dari gerakan separatis Aceh yang kasusnya telah berakhir damai tahun 2005 silam. Menurut Kapolres Aceh Timur, AKBP Muhajir, polisi masih belum mengetahui apakah Primrose dapat bebas karena kabur dari pelaku penculikan atau memang dilepas. 

"Saya tidak mengetahui persis alasan pelaku untuk membebaskan Primrose," ujart Muhajir. 

Kejar Pelaku

Walau kini Primrose telah dibebaskan, namun bukan berarti polisi berhenti mengejar pelaku. Muhajir menegaskan masih akan terus memburu keenam pelaku sampai ditemukan.

Dia pun menyatakan heran, masih ada kasus penculikan semacam ini yang terjadi di Aceh. 

"Sangat jarang orang diculik di Aceh saat ini. Kami memang sempat mengalami bencana serius di masa lalu saat tsunami menerjang di tahun 2004, tetapi semua hal itu perlahan semakin membaik dalam beberapa tahun belakangan ini," ungkap dia. 

Lepas dari sekapan penculik, Primrose kemudian dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan sebelum akhirnya bertemu dengan staf Kedutaan Besar Inggris untuk memberikan bantuan kekonsuleran. Kedubes Inggris di Jakarta mengucapkan terima kasih atas semua upaya yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk membebaskan warga mereka. 

"Dengan senang hati kami ingin mengkonfirmasikan bahwa Malcolm Primrose kini telah dibebaskan. Kami ingin mengucapkan rasa terima kasih untuk dukungan yang kami terima dari pemerintah Indonesia, Gubernur Aceh dan stafnya serta kepala polisi serta tim yang telah berupaya keras untuk mengamankan pembebasan Primrose," ujar Kedubes Inggris dalam sebuah pernyataan tertulis. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya