Flu Burung Rugikan China Hingga Rp799 Triliun

Polisi Hong Kong saat hadapi wabah flu burung beberapa tahun lalu.
Sumber :
  • REUTERS / Bobby Yip
VIVAnews -
Kia Bakal Luncurkan Mobil Listrik Harga Terjangkau Tahun InI
Peristiwa menyebarnya virus flu burung H7N9 telah menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi industri unggas di China. Menurut seorang pejabat resmi negeri tirai bambu itu, China rugi hingga 400 miliar Yuan atau setara Rp799 Triliun, karena warganya mogok mengkonsumsi daging unggas.

Florida School Removes 300 Books Containing LGBTQ

Menurut laman
Radja Nainggolan Bikin 3 Assist, Bhayangkara FC Bantai Persik Kediri 7-0
Asia One , Senin 20 Mei 2013, sejak kasus flu burung pertama terdeteksi pada Maret kemarin, industri itu merugi rata-rata satu miliar Yuan atau Rp1,5 triliun tiap harinya. Informasi itu diungkapkan oleh Kepala Layanan Dinas Peternakan Nasional, Li Xirong.


Menurut Li sejak merebaknya kasus flu burung jenis baru ini di China, angka penjualan daging unggas anjlok dan harga jualnya turun drastis. Kasus ini berimbas pada masalah keuangan yang cukup besar dan ancaman pengangguran bagi mereka yang menggantungkan nasibnya di industri itu.


Salah satu pejabat resmi Kementerian Pertanian China, Wang Zongli, mengatakan bahwa pemerintah seharusnya dapat mencegah imbas dari peristiwa itu dengan menunjukkan contoh yang baik saat mengolah produk daging unggas.


"Mereka dapat memberikan contoh cara mengolah daging unggas dengan langkah yang benar," ujar Wang.


Demi mengembalikan kepercayaan warga terhadap konsumsi daging unggas, pejabat resmi Kementerian Pertanian dan pengusaha di industri unggas menggelar satu acara. Mereka mengadakan makan siang dengan menu ayam di timur Provinsi Shandong dan dipublikasikan secara luas oleh media.


Sementara menurut data resmi badan kesehatan dunia, WHO, hingga saat ini penderita virus H7N9 di China sudah mencapai 131 orang, 36 di antaranya dilaporkan tewas. Dalam pernyataannya yang dipublikasikan hari Jumat kemarin, menyebut empat kasus tewas di antaranya sedang diteliti di laboratorium WHO.


Dalam kesempatan itu WHO juga kembali menegaskan bahwa belum ditemukan bukti virus tersebut dapat ditularkan antar manusia. Apabila ditemukan bukti di waktu yang akan datang maka hal itu perlu diwaspadai karena virus ini dapat menyebabkan pandemik.


"Namun sebelum sumber penularannya berhasil diidentifikasi dan dikendalikan, maka jumlah manusia yang tertular virus ini akan semakin bertambah," ujar WHO dalam pernyataanya seperti dikutip laman
Aljazeera
pekan lalu.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya