AS Mengakui Warganya yang Ditangkap Rusia adalah Diplomat

Dubes AS untuk Rusia Michael McFaul
Sumber :
  • REUTERS/Maxim Shemetov

VIVAnews - Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengakui bahwa Ryan Fogle, yang ditangkap oleh intelijen Rusia (FSB) pada Senin malam, merupakan salah satu pejabat di Kedutaan Besar AS di Moskow. Namun, mereka menolak memberikan komentar lebih jauh mengenai data atau apa yang dia kerjakan di Rusia.

Menurut Time, 14 Mei 2013, informasi itu disampaikan oleh Juru Bicara Deplu AS, Jen Psaki. Namun menurut Psaki, diplomat itu memang ditahan tetapi kemudian dilepaskan.

"Kami telah mendapat pemberitahuan dari Kementerian Luar Negeri Rusia dan tidak dapat memberikan komentar saat ini," ujar Psaki yang sedang berada di Swedia bersama Menlu John Kerry.

Kendati tidak ditahan di Rusia, namun pemerintah menyatakan Fogle berstatus "persona non grata" atau tidak diizinkan menginjakkan kakinya kembali ke Rusia sejak Selasa kemarin.

Kemlu Rusia bahkan langsung mengusir Fogle dari negaranya. Namun, menurut juru bicara Kemlu lainnya yang berada di Washington DC, Patrick Ventrell, mengatakan peristiwa ini tidak akan mengganggu hubungan antara AS dan Rusia.

"Kami memiliki hubungan yang sangat mendalam dan luas dengan pemerintah Rusia menyangkut semua isu dan kami akan terus menjalin hubungan diplomatik dengan mereka secara langsung," ujar Ventrell, menyiratkan bahwa hubungan kedua negara tidak terpengaruh insiden ini.

Hal itu terbukti saat Menlu John Kerry bertemu dengan Menlu Rusia, Sergey Lavrov, di Swedia pada Selasa malam. Keduanya tidak membahas isu ini.

Fakta ini bertolak belakang dengan Kemlu Rusia yang sempat mengeluarkan pernyataan negatif bahwa aksi diplomat AS ini berpotensi mengurangi rasa saling percaya di antara kedua negara usai era Perang Dingin.

Viral Emak-emak di Taput Dituduh Curi Ketang Dihukum Telanjang, Begini Kata Polisi

Cara murahan

Penahanan diplomat AS itu, yang dicurigai sebagai anggota CIA di Rusia, menimbulkan tanda tanya besar bagi publik negeri Paman Sam. Beberapa dari mereka meragukan Fogle merupakan seorang mata-mata.

"Saya ragu melihat cara kerjanya, jika dia benar seorang agen CIA terlatih masakan dia menyusuri jalan di kota Moskow menggunakan wig berwarna pirang. Menurut saya cara itu sangat murahan dan jebakan semata," ujar mantan agen intelijen FBI, Eric O'Neill.

O'Neill bahkan menuding pemerintah Rusia terlalu mendramatisir barang bukti yang ditemukan bersama Fogle untuk menciptakan sentimen anti AS untuk meraih tujuan politik bagi kelompok tertentu.

BYD Pajang Mobil Konsep Ocean-M di Auto China 2024

Komentar serupa juga diungkapkan pengajar keamanan Rusia di Universitas New York, Mark Galeotti. Menurutnya, apabila Fogle memang benar seorang agen CIA, maka tindakannya itu sangat bodoh. Dia juga mencium ada aroma politik di balik penangkapan Fogle ini.

"Menurut etika yang biasanya berlaku apabila kegiatan spionase semacam ini terungkap, maka penyelesaiannya akan dilakukan secara sembunyi-sembunyi. Kecuali jika Anda bermaksud mengirimkan pesan tertentu melalui peristiwa itu," ujar Galeotti.

Menurut dia, prosedur yang biasanya berlaku apabila terjadi dalam kasus semacam Fogle ini, maka badan intelijen Rusia pasti akan berupanya memanfaatkannya untuk mengungkap siapa orang yang akan direkrut Fogle itu.

"Tidak ada alasan sama sekali bagi mereka untuk mempublikasikan penahanan diplomat itu dan kemudian membebaskannya," Galeotti menyangsikan.

Seperti diberitakan sebelumnya, agen intelijen Rusia (FSB) menangkap basah seorang diplomat AS, Ryan Fogle, yang tengah berusah merekrut agen intelijen anti teror Rusia pada Senin malam kemarin.

Fogle, yang menjabat sebagai Sekretaris III di Kedubes AS di Moskow, dikabarkan menawari seorang agen Rusia yang ahli mengenai Kaukasus dengan bayaran senilai 100 ribu Euro atau Rp1,3 miliar apabila bersedia membocorkan sejumlah informasi kepada pemerintah AS.

Fogle merupakan diplomat AS yang pertama selama 10 tahun terakhir yang penangkapannya dipublikasikan oleh pemerintah Rusia terkait kegiatan mata-mata. (kd)

Ambisi Tim Bulutangkis Indonesia Raih Juara Piala Thomas dan Uber 2024
Ilustrasi simbol bendera PDIP saat Peringatan puncak Bulan Bung Karno 2023 di GBK

PDIP Bisa jadi Oposisi, Bantu Pemerintah Mengkoreksi Bukan Saling Berhadapan

Sikap politik PDIP yang saat ini ditunggu-tunggu, apakah memilih menjadi oposisi dari pemerintahan Prabowo Subianto - Gibran Rakabuming Raka, atau ikut masuk di dalamnya.

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024