Ibu Pelaku Bom Boston Ingin Putranya Dimakamkan di Boston

Tamerlan Tsarnaev, pelaku pengeboman bom Boston
Sumber :
  • Daily Mail
VIVAnews -
Indonesian Students Victim of Germany Human Trafficking Mostly In Debt
Ibu dari salah satu pelaku bom Boston yang dinyatakan tewas pada Kamis malam pekan lalu, Zubeidat Tsarnaeva (46), berharap jenazah putranya, Tamerlan Tsarnaev, dapat dimakamkan di Boston. Dia dan sang suami, Anzor, sedang berusaha untuk mencari lokasi pemakaman yang sesuai bagi putranya yang berusia 26 tahun itu.

KPU Sebut Gugatan Ganjar-Mahfud yang Singgung Jokowi Salah Sasaran

Dilansir laman
Sopir Truk Penyebab Kecelakaan di GT Halim Ternyata Masih Anak-anak, Bos Akan Diperiksa
Telegraph , Senin 22 April 2013, dalam wawancara yang dilakukan langsung dari Dagestan, Rusia, Zubeidat, mengatakan akan terbang ke AS dalam pekan ini dengan sang suami.

"Kami mau mencari tempat untuk memakamkan Tamerlan dengan cara muslim di Boston atau di mana pun yang dekat. Pasti ada tempat pemakaman di sana dan begitu banyak muslim juga di AS," ujar  Zubeidat kepada Telegraph.


Dalam wawancara itu, Zubeidat kembali menegaskan bahwa kedua putranya tak bersalah dan tidak terkait sama sekali dengan peledakan bom Boston yang menewaskan tiga orang dan melukai 180 orang lainnya.


"Ini merupakan sandiwara besar, sebuah tontonan. Orang-orang Amerika kan menyukai sebuah pertunjukkan," kata Zubeidat ketus.


Ditemui dengan menggunakan jilbab berwarna hitam, Zubeidat mengatakan putranya sudah dicurigai oleh agen FBI memiliki kaitan dengan kelompok teroris tertentu sejak tahun 2008 lalu. Menurut dia, terhitung sudah lima kali agen FBI mendatangi putranya.


Bahkan tiga hari setelah bom Boston meledak, Tamerlan masih dihubungi oleh FBI dan meminta untuk bertemu.


"Para agen FBI itu mengatakan Tamerlan dicurigai terlibat dalam serangan bom itu dan berniat bertemu untuk menanyakan beberapa pertanyaan. Tamerlan meminta mereka datang dan langsung menutup teleponnya," kata  Zubeidat yang menyebut putranya muak terus diintai oleh FBI.


Dia pun pernah ikut diinterogasi oleh FBI dan menanyakan apakah putranya terlihat mempengaruhi kelompok tertentu untuk melakukan tindakan teror.


"Mereka mengatakan Tamerlan merupakan sosok yang berpengaruh dan memiliki kualitas sebagai pemimpin," tutur dia.


Zubeidat juga menegaskan walaupun putranya sering membaca materi jihad bukan berarti dia akan menjadi teroris.


"Membaca bahan bacaan mengenai ekstrimis tidak serta membuat Anda menjadi seorang teroris. Tamerlan sendiri mengaku kepada FBI bahwa dia membaca banyak hal karena dia adalah pria terpelajar," tegas Zubeidat.


Dia mengatakan terakhir kali berkomunikasi dengan putranya itu pada Kamis malam ketika baku tembak dengan pihak kepolisian di Watertown terjadi. Menurut laman
ABC News
, Tamerlan memberitahu sang ibu melalui telepon bahwa dia dan sang adik mulai dikejar dan ditembaki polisi.


"Kalimat terakhir yang dia ucapkan adalah Mama, aku mencintaimu," ungkap Zubeidat dengan mata berkaca-kaca.


Ketika telepon terputus Zubeidat terus meneriakkan dan memanggil nama anaknya. Tidak lama kemudian salah seorang putri Zubeidat mengabarkan bahwa Tamerlan tewas dalam baku tembak dengan polisi.


"Ini adalah penderitaanku. Mereka adalah anak-anak yang ku besarkan dengan harga diri dan selalu kujaga dalam pelukanku," ujar Zubeidat mengingat salah satu putranya Dzhokhar yang masih bertahan hidup setelah tertangkap pada Jumat malam pekan lalu. (sj)



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya