- TV One
VIVAnews - Para perempuan di Mesir belakangan ini ramai-ramai mempelajari ilmu bela diri demi melindungi diri mereka dari pelecehan seksual yang akhir-akhir ini meningkat di negara seribu menara itu.
Salah satu kelas bela diri yang banyak dikunjungi adalah kelas gratis yang diselenggarakan oleh badan penyediaan jasa pengawal pribadi yang bernama Tahrir.
Jumana Shehata, salah satu murid yang ikut kelas itu mengatakan tujuan belajar bela diri untuk melawan tekanan politis sistematik terhadap kaum perempuan. Setelah belajar di dalam kelas, dia akan kembali ke jalanan Tahrir.
"Kami akan mempraktekkannya di jalanan Tahrir," ujarnya seperti dilansir stasiun berita Al Arabiya.
Di tengah pesatnya perubahan situasi politik dan sosial di Mesir, tingkat kekerasan seksual di jalan-jalan Kairo kian meningkat. Sebelumnya, sangat tidak lazim bagi kaum perempuan untuk melaporkan tindakan kekerasan yang mereka alami baik fisik atau verbal kepada kepolisian.
Namun itu semua berubah setelah revolusi yang menggulingkan mantan Presiden Hosni Mubarak terjadi. Tindakan kekerasan terhadap kaum perempuan ramai dilaporkan oleh organisasi non pemerintah.
Di awal periode revolusi, Badan Amnesti Internasional melaporkan para pengunjuk rasa wanita yang berdemo di Plasa Tahrir ditangkap oleh pihak militer. Mereka kemudian diperiksa untuk memastikan apakah mereka masih perawan.
Menurut anggota Dewan Nasional untuk Perempuan, Duriya Sharfeddine, tindak kekerasan bukan kejadian baru di Mesir. Akhir-akhir ini menjadi tanda tanya seiring dengan meningkatnya jumlah peristiwa itu.
Setidaknya ada 25 perempuan menjadi korban pelecehan seksual di Plasa Tahrir selama demonstrasi yang berlangsung pada awal bulan ini untuk memperingati perayaan dua tahun revolusi. (ren)
Pemain MU yang Tak Diinginkan Jose Mourinho Masih Ada Sampai Sekarang
Jose Mourinho mengecam beberapa pemain senior yang ada dalam skuad Manchester United saat ini. Dia mengaku beberapa pemain yang ada sekarang pernah tak diinginkan.
