Studi: Perempuan Paling Rentan Dihantam Resesi

Perjuangan Seorang Anak Untuk Hidup di Jakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Fernando Randy

VIVAnews - Perempuan, baik tua dan muda, merupakan kaum yang paling menderita dihantam resesi global. Krisis ekonomi ini juga bisa menambah jumlah kematian bayi, terutama perempuan.

Demikian ungkap sejumlah studi terkait hak-hak perempuan dan pembangunan. "Dunia sedang tidak berpihak kepada anak-anak perempuan dan wanita dewasa," demikian laporan lembaga Overseas Development Institute (ODI), seperti dikutip stasiun berita BBC.

Menurut ODI, turunnya perekonomian di suatu negara membuat banyak perempuan, dewasa maupun anak-anak, kelaparan dan rentan menjadi korban kesewenang-wenangan. Situasi ini memperlemah pencapaian-pencapaian yang dibuat dalam beberapa tahun terakhir dalam rangka memenuhi target Tujuan Pembangunan Milenium.

Nigel Chapman dari organisasi hak-hak anak Plan International mengungkapkan bahwa masalah dimulai saat para perempuan masih belia. "Anak-anak perempuan merupakan kelompok paling terpinggirkan di dunia," kata Chapman, yang juga menulis laporan untuk ODI. 

Proposi jumlah bayi perempuan yang mati saat ekonomi menurun, lanjut Chapman, meningkat lima kali lipat dari proporsi bayi laki-laki yang meninggal. Maka, penurunan output ekonomi sebesar 1 persen bisa menambah kematian 7,4 dari 1.000 jiwa bayi perempuan, jauh lebih besar ketimbang proporsi bayi laki-laki, yaitu 1,5. Statistik ini merujuk pada studi Bank Dunia atas 59 negara yang terkena krisis ekonomi di waktu-waktu lampau.    
 
Selain mempengaruhi jumlah kematian, resesi ekonomi juga menyebabkan lebih banyak murid perempuan yang putus sekolah. Persentase murid perempuan yang lulus Sekolah Dasar turun 29 persen, sedangkan yang laki-laki 22 persen.

Murid perempuan lebih banyak dipaksa putus sekolah karena mereka harus membantu pekerjaan di rumah, sementara ibu mereka harus bekerja lebih lama untuk bayaran yang lebih sedikit di luar, demikian laporan ODI.

Kendati masih tergolong belia, makin bertambah pula para perempuan di usia sekolah yang menjadi korban nikah paksa. "Keluarga-keluarga yang dihimpit kemiskinan tidak bisa memenuhi kebutuhan untuk makan, maka mereka menikahkan anak-anak perempuannya di usia dini," kata Chapman. Lebih parah lagi, ada yang harus menjadi pekerja anak, bahkan pekerja seks. 

Buka Tutup Sementara Diberlakukan di Tol Layang MBZ
Parkiran sepeda motor

Biar Aman, Kendaraan yang Ditinggal Mudik Bisa Dititipkan di Kantor Polisi

Banyak pemudik yang lebih memilih angkutan ketimbang memakai kendaraan pribadi karena alasan kenyamanan. Warga bisa menitipkan kendaraannya di kantor polisi agar aman,...

img_title
VIVA.co.id
10 April 2024