- Dok. Kementerian Luar Negeri
VIVAnews - Pemerintah Indonesia sempat akan membeli Main Battle Tank Leopard dari Belanda. Namun, karena pemerintah Belanda mengajukan syarat politik, Indonesia akhirnya mengalihkan pembelian ke Jerman.
"Pengadaan MBT Leopard, sebelumnya dari Belanda. Tapi, akhirnya kita beralih ke Jerman, karena ada persinggungan dengan posisi diplomatik, baik bilateral maupun regional," kata SBY di Mabes TNI, Jakarta, Kamis 9 Agustus 2012.
Menurut SBY, ada keberatan dari salah satu unsur pemerintahan Belanda yang khawatir kendaraan tempur itu akan digunakan untuk pelanggaran HAM di Indonesia. Parlemen Belanda tidak setuju penjualan tank ke Indonesia, karena catatan pelanggaran HAM di Papua.
Parlemen Belanda meminta jaminan dari Indonesia bahwa tank mereka tidak akan digunakan untuk tujuan tersebut. Dikatakan seperti itu, SBY berang dan urung membeli tank dari negara bekas penjajah Indonesia tersebut.
"Jangan menguliahi Indonesia tentang HAM. Penjajahan, itu baru pelanggaran HAM," kata SBY.
Ketika bertemu Kanselir Jerman Angela Merkel, SBY menjelaskan posisi Indonesia yang tidak mau ada persyaratan politik dalam pengadaan alutsista. Sebab, Indonesia membeli alutsista dengan uang sendiri, tidak pada tempatnya diributkan oleh negara penjual.
"Waktu bertemu Kanselir Merkel, saya jelaskan posisi indonesia. Jangan ada anasir-anasir di negara mana pun. Indonesia punya posisi," ujar Presiden.
Menurut SBY, Indonesia ingin mandiri dan tidak tergantung negara lain. Yakni, tak pernah beli alutsista kalau ada persyaratan politik. "Di negara mana pun selalu ada pro dan kontra. Yang penting konsep kami jelas, posisi kami jernih, rencana kami jelas, untuk kepentingan pertahanan," kata Yudhoyono. (art)