Forum Ekonomi Dunia Berakhir Tanpa Hasil

VIVAnews — Terperosok dalam kebingungan dan ketidakpastian. Kesan itu pantas untuk menggambarkan jalannya pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, 28 Januari - 1 Februari 2009.

Tarif Listrik April-Juni 2024 Diputuskan Tidak Naik

Forum tahunan bergengsi yang mempertemukan para elit politik dan pengusaha top dunia itu memang tidak bermaksud menghasilkan komunike atau persetujuan bersama.

Masalahnya, di saat genting saat ini, mereka ternyata belum menemukan formula yang cocok untuk bersama-sama mengatasi krisis keuangan global yang telah mengancam ekonomi banyak negara.

Bahkan, kalangan pengamat menilai bahwa pertemuan di Davos tahun ini menyajikan hasil yang lain: para peserta umumnya masih bertanya-tanya seberapa parahkah krisis global ini berlangsung dan bagaimana solusinya?

"Semua pihak tampaknya tersesat di Davos," kata Kishore Mahbubani, ekonom dari Singapura. "Tak ada yang punya pemahaman jelas atas seberapa besar krisis ini dan apa yang harus dilakukan untuk mengatasinya," lanjut Mahbubani kepada Associated Press.

Mahbubani menilai bahwa semua pihak yang berkepentingan atas krisis perlu untuk menguji kembali secara fundamental sistem global secara keseluruhan dalam rangka mencari tahu pangkal penyebab krisis. Namun "tak ada seorang pun yang sudah siap untuk menanyakan pertanyaan-pertanyaan mendasar itu di Davos," kata Mahbubani. 
  
Pemimpin bank investasi Morgan Stanley di Asia, Stephen Roach, menilai bahwa Forum Ekonomi Dunia tahun ini sarat dengan ajang mencari-cari "kambing hitam." Mereka tidak melihat apa yang salah, melainkan sibuk membahas siapa yang salah.

"Kita kini bergerak ke tahap yang paling buruk dari setiap krisis, ajang mencari-cari siapa yang salah (blame game)," kata Roach. "Wall Street membuat kesalahan. Para regulator juga berbuat salah. Begitu pula dengan lembaga-lembaga pemeringkat, bank-bank sentral dan para politisi. Pokoknya kita semua salah," lanjut Roach.

Maka, dia memperingatkan bahwa ajang mencari-cari siapa yang salah tidak sampai keluar jalur.   

Sedangkan John Chipman, peneliti dari International Institute for Strategic Studies di London, merasa heran bahwa forum di Davos tahun ini tidak menyelenggarakan sesi khusus yang membahas "keterkaitan antara masalah keuangan dan kesulitan ekonomi serta prospek konflik geopolitik dan resolusi konflik.

"Ada pihak yang menilai bahwa di tengah situasi ekonomi saat ini, akan ada negara-negara dimana stabilitas sosialnya akan menjadi ancaman bila pemerintah tidak bisa mempertahankan tingkat pertumbuhan [ekonomi]," kata Chipman, dengan merujuk China sebagai contoh.
  
Perdana Menteri China, Wen Jiabao, saat membuka forum yakin bahwa pertumbuhan ekonomi negaranya bisa mencapai minimal 8 persen. Begitu pula dengan Menteri Perdagangan India, Kamal Nath, yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi negaranya antara 7 hingga 7,5 persen.

SKK Migas: Komersialisasi Migas Harus Prioritaskan Kebutuhan Dalam Negeri

Namun sejumlah pakar ekonomi masih skeptis bahwa pertumbuhan ekonomi China dan India bisa mencapai target. (AP)

Drama Korea The Matchmakers

Membintangi Drakor Populer The Matchmakers, Inilah Profil dan Fakta Tentang Jung Shin Hye!

Berperan sebagai Maeng Ha Na di drakor The Matchmakers, Jung Shin Hye menjadi salah aktris yang berhasil menarik perhatian penggemar drama Korea.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024