Marak, Bisnis Hotel Mayat di Jepang

Hotel mayat di Jepang
Sumber :
  • REUTERS/Yuriko Nakao

VIVAnews - Dari luar, hotel milik Hisayoshi Teramura di Yokohama, Jepang, terlihat seperti sebuah penginapan kecil biasa di dekat pelabuhan. Tidak ada yang menarik, kecuali fakta bahwa yang  menginap di hotel itu adalah mereka yang sudah tidak bernyawa.

Mudik Lebaran 2024, Pergerakan Penumpang di Bandara Soetta Diprediksi Balik Seperti Sebelum Pandemi

Seperti diberitakan oleh Reuters, Selasa 13 September 2011, Teramura mengkhususkan hotelnya untuk jenazah yang menunggu untuk dikremasi. Dengan ditempatkan di hotel ini, anggota keluarga dan kerabat dapat melihat almarhum dengan pelayanan yang terbaik sebelum dimasukkan ke dalam kendi dalam bentuk abu.

Seperti layaknya hotel, tempat ini juga menyediakan layanan kamar. Para penyewa disediakan peti mati cantik, dilengkapi dengan rangkaian bunga yang indah. Jenazah juga diperlakukan bak raja atau ratu. Mereka didandani, dipakaikan baju terbaik dan diletakkan di kamar berpendingin udara ekstra.

Hotel ini memiliki 40 kamar bagi jenazah. Setiap malamnya, keluarga penyewa dikenakan biaya hingga 12.000 yen atau sekitar Rp1,3 juta. Teramura mengaku hotelnya sering didatangi pasangan bulan madu yang mengira itu adalah tempat penginapan.

"Kami beritahukan bahwa kami hanya punya kamar yang dingin," kata Teramura.

Jumlah kematian yang meningkat setiap tahunnya di Jepang merupakan peluang bisnis yang menarik bagi orang-orang seperti Teramura. Hotel miliknya tercatat adalah yang kedua di seluruh Jepang. Banyaknya warga yang meninggal membuat tempat-tempat kremasi penuh. Beberapa jenazah harus mengantri hingga berhari-hari sampai gilirannya dikremasi tiba.

Menurut catatan pemerintah Jepang pada tahun 2010 sebanyak 1,2 juta warga tutup usia, menjadikan angka kematian tahunan Jepang mencapai 0,95 persen. Setiap tahunnya, jumlah kematian di Jepang bertambah pesat. Tahun lalu, angka kematian Jepang bertambah 50.000 orang.

Diperkirakan angka kematian Jepang akan mencapai puncaknya pada 2040 dengan 1,66 juta orang meninggal per tahun. Diramalkan, pada tahun itu, populasi Jepang akan berkurang 20 juta orang. Hal ini dikarenakan banyaknya jumlah kematian berbanding terbalik dengan angka kelahiran yang minim.

Masyarakat Jepang menangani masalah kematian dengan serius. Setiap kali kematian, keluarga almarhum keluar kocek hingga 1,2 juta yen atau sekitar Rp135 juta untuk upacara kematian, bunga, peti mati dan kremasi. Bisnis kematian ini menyumbang pemasukan negara hingga US$21 miliar per tahunnya. (eh)

Raffi Ahmad Bakal Jadi MC, Kapan Rizky Febian dan Mahalini Menikah?

Baca Juga

Astaga Wanita Cantik INi Tewas Usai Suntik Lemak Sapi Panas ke Wajah

Gerhana Matahari Bisa 'Mengocok' Emosi Manusia sampai Mewek

Di Inggris, Perawat Dilarang Pakai Crocs, Apa Alasannya

Mengaku Diculik UFO Saat Memancing Ikan Lele

Geger Video Penampakan Malaikat di Citos

Ibu Hamil Dilarang Tahu Jenis Kelamin Janin

Korban Pelecehan Seks BPN Dibawa ke Psikolog

Ini Dia Mobil-mobil Murah dan Mewah

10 Mobil yang Paling Banyak Kena Tilang

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya