Ahmadinejad Tidak Peduli Sanksi Negara Barat

Mahmoud Ahmadinejad
Sumber :
  • AP photo/Hasan Sarbakhshian

VIVAnews - Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, mengaku selama ini tidak ambil pusing atas berbagai sanksi ekonomi dan perdagangan yang dipelopori negara-negara Barat. Pasalnya, pengusaha-pengusaha Barat tetap berminat berbisnis dengan Iran sambil mencari celah agar tidak ikut terjerat sanksi.

"Banyak perusahaan Amerika dan Eropa berupaya menghindari sanksi-sanksi dan berbagai hambatan perdagangan yang ada, sehingga mereka bisa bekerja sama dengan Republik Islam Iran, kata Ahmadinejad, Minggu 6 Maret 2011, seperti dikutip surat kabar Tehran Times.

Dia menilai segala sanksi yang diterapkan atas Iran ternyata berjalan tidak efektif dan justru menjadi pemicu bagi bangsanya untuk semakin kuat dan mencari peluang-peluang baru. "Bangsa Iran telah belajar untuk berdikari atas sumber daya dan kemampuan sendiri, sehingga bisa melakukan pencapaian sains dan industri," kata Ahmadinejad.

Menurut kantor berita Fars, Iran sudah empat kali terkena sanksi ekonomi dan perdagangan dari Dewan Keamanan PBB. Pasalnya, Iran selalu menolak seruan dari negara-negara Barat - seperti Amerika Serikat dan Eropa - untuk melucuti teknologi uranium.

Mereka khawatir Iran sedang mengembangkan senjata nuklir. Namun, Ahmadinejad dan para pejabat Iran berkali-kali menyatakan bahwa uranium yang mereka kelola hanya untuk kepentingan damai, seperti membuat pembangkit listrik tenaga nuklir.

Berbagai sanksi dan embargo itu tidak membuat Iran khawatir. Sebagai produsen terbesar kedua minyak dan gas (migas), Iran menilai semua hukuman yang dipelopori AS itu justru berjalan tidak efektif.

Iran pun mencari mitra-mitra bisnis baru di Asia. Sejumlah perusahaan China, Rusia, India, dan negara-negara lain Asia tetap bernegosiasi dengan Iran untuk proyek pengolahan migas.

Bahkan, sejumlah perusahaan Eropa mulai kembali berminat berbisnis dengan Iran. Perusahaan energi asal Swiss, Elektrizitaetsgesellschaft Laufenburg. Perusahaan itu menandatangani kontrak selama 25 tahun dengan Iran pada Maret 2008 untuk proyek gas sebesar 5,5 miliar kubik meter per tahun.

Selain itu, perusahaan konstruksi Jerman, Steiner Prematechnik Gastec, tahun ini sepakat untuk membangun tiga fasilitas konversi gas alam di Iran. Nilai kontraknya US$147 juta.

Harian The New York Times pada Desember 2010 mengungkapkan bahwa dalam satu dekade terakhir, sejumlah perusahaan yang berbasis di AS juga menjalin proyek senilai miliaran dolar dengan Iran. Mereka tampak mengabaikan penjatuhan sanksi atas Iran. (umi)

Prediksi Piala Asia U-23: Yordania vs Timnas Indonesia
Siswi SMA Negeri 2 Maumere Dilarang ikut Ujian Gegara Nunggak Rp50 Ribu

Siswi SMA Negeri 2 Maumere Dilarang Ikut Ujian Gegara Nunggak Rp50 Ribu

Dian, siswi SMA Negeri 2 Maumere, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengaku tidak diperkenankan mengikuti ujian lantaran memiliki tunggakan uang sekolah

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024