Politik AS

Sarah Palin: Obama Payah

VIVAnews - Kalah di pemilihan umum (pemilu) tidak membuat Sarah Palin berhenti berpolemik. Mantan kandidat wakil presiden dari Partai Republik itu kian menjadi-jadi mengritik pemerintahan Presiden AS, Barack Obama, yang menjadi pemenang pada pemilu presiden November 2008.

Dalam suatu acara dengan para politisi dan kubu penentang pemerintah di Kota Nashville, Sabtu 6 Februari 2010, Palin menyatakan bahwa "Amerika siap untuk kembali melakukan revolusi." Dia menyatakan bahwa banyak warga Amerika mulai kecewa dengan pemerintahan Obama.

"Gerakan ini memperhatikan rakyat," seru Palin yang disambut meriah para hadirin. "Pemerintah seharusnya bekerja untuk rakyat," lanjut mantan Gubernur negara bagian Alaska berusia 45 tahun itu. 

Palin mencatat bahwa kubu Demokrat selalu menderita kekalahan dalam beberapa pemilu di tingkat senat maupun gubernur sejak Obama menjadi presiden AS, 20 Januari 2009. Contohnya pada pemilihan gubernur di New Jersey dan Virginia serta pada pemilihan anggota Senat di negara bagian Massachusetts. "Kalau sudah kalah 0-3, lebih baik berhenti memberi ceramah dan mulailah mendengarkan," kata Palin menyindir Obama.

"Sudah seberapa besar sih 'harapan' dan 'perubahan' memberi dampak bagi kalian?" tanya Palin kepada para hadirin. Dia merujuk pada jargon Harapan (Hope) dan Perubahan (Change) yang selalu didengungkan Obama selama kampanye pemilu 2008.

Palin berpidato dalam acara yang digalang oleh koalisi "Tea Party," yaitu suatu jaringan masyarakat yang secara vokal mengritik pemerintah atau kubu yang sedang berkuasa. Bagi koalisi oposisi itu, pemerintahan Obama dinilai belum memberi perubahan nyata bagi Amerika selain menghambur-hamburkan uang para pembayar pajak melalui program-program stimulus ekonomi ratusan miliar dolar yang dia usulkan dalam setahun terakhir.

Maka, ibu lima anak itu mempertanyakan dampak dana stimulus ekonomi yang dikeluarkan Obama sebesar US$787 miliar. "Apakah kalian merasa terstimulasi [terangkat]?" tanya Palin kepada para hadirin.

Palin lalu menyarankan agar koalisi Tea Party tetap berjalan tanpa pemimpin dan waspada untuk tidak dikendalikan oleh tokoh tertentu. "Ini mengenai rakyat dan lebih besar dari tokoh karismatik manapun yang mengandalkan teleprompter [alat pembantu membaca naskah pidato]," kata Palin, yang menyindir Obama yang sering mengandalkan teleprompter saat berpidato.

Mengenai kebijakan luar negeri dan keamanan AS, Palin mengritik Obama telah "salah berpikir" dan terpaku pada pola pikir sebelum serangan teroris 11 September 2001. "Kita butuh panglima tertinggi [commander in chief], bukan profesor ilmu hukum," kata Palin menyindir gelar akademik Obama. 

"Kebijakan luar negeri tidak bisa dikelola melalui politik personalita," ujar Palin, yang tahun lalu mengundurkan diri sebagai gubernur Alaska.

Menurut kalangan pengamat, pidato selama 45 menit itu menandakan bahwa Palin seolah siap untuk menantang Obama dalam pemilihan umum berikutnya. Namun, tak jelas kubu mana yang akan mendukung Palin sebagai sponsor utama.

Pasalnya, kalangan petinggi Partai Republik, yang mendukung Palin sebagai calon wakil presiden pada pemilu lalu, mengritik dia telah menghambur-hamburkan dana kampanye untuk keperluan pribadi. Bahkan Palin dikritik karena suaminya, Todd Palin, ternyata belum terdaftar sebagai anggota Partai Republik.

Menurut rencana, Palin juga akan berpidato dalam beberapa pertemuan "Tea Party" di beberapa kota, yaitu di Searchlight (Nevada) dan Boston. (AP)

Iran Bantah Rudal Israel Meledak di Isfahan: Itu Drone yang Ditembak Jatuh
Alvina Elysia Dharmawangsa

Mengenal Sepak Terjang Karier Alvina Elysia, Dirut Perempuan di Anak Perusahaan Pupuk Kaltim

Alvina Elysia Dharmawangsa Mengawali karier di tahun 2008 sebagai staff Process Engineer di pabrik Pupuk Kaltim usai menuntaskan pendidikan tingginya dari jurusan Teknik

img_title
VIVA.co.id
19 April 2024