Bangkok Dikepung Aksi Demo, Pariwisata Thailand Lesu

Massa anti pemerintah gelar demo di Bangkok, Thailand
Sumber :
  • REUTERS/Damir Sagolj
VIVAnews - Aksi unjuk rasa besar-besaran yang hingga kini belum juga mereda di ibukota Bangkok, Thailand, berimbas negatif pada sektor pariwisata negeri itu. Menurut Otoritas Pariwisata Thailand (TAT), angka pemesanan kamar hotel di bulan Desember 2013 dan Januari 2014 turun drastis di empat pasar empuk sektor pariwisata Negeri Gajah Putih seperti kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, Oseania, dan Afrika. 
Pemkot Pontianak Kasih Peringatan ke Seluruh SPBU di Kota Itu, Ada Apa?

Harian Bangkok Post, Selasa 3 Desember 2013, melansir penurunan minat turis ke Thailand juga terlihat di Benua Australia. Berdasarkan laporan kantor TAT di Negeri Kanguru, pemesanan hotel dan paket tur perjalanan dari turis Australia diprediksi hanya mencapai 3,6 persen dalam dua bulan terakhir. Angka itu turun dari prediksi sebelumnya yang mencapai lebih dari 10 persen. 
Man Utd Incar Penyerang Tua yang Bela Real Madrid

Wakil Gubernur untuk Pemasaran Komunikasi TAT, Sugree Sithivanich, menyatakan konflik politik yang selama ini diberitakan oleh beragam media menyebabkan para pelancong menunda untuk sementara waktu kunjungan mereka ke Thailand. Para pelancong, ujar Sugree, memahami situasi yang saat ini berlangsung di Thailand, sehingga mereka menghindari area unjuk rasa. 
Ekonomi Tumbuh 5,6% di 2024, Pemprov DKI Yakin Bisa Atasi Inflasi

Namun, lanjut Sugree, apabila konflik politik reda sebelum memasuki tahun baru 2014, maka jumlah kedatangan turis internasional tahun depan dapat tetap mencapai target awal yakni sebesar 28,01 juta. 

Kenyataannya, 31 negara termasuk Jepang, China, India, Inggris dan Amerika Serikat (AS) telah mengeluarkan peringatan perjalanan (travel advisory) tingkat dua bagi warga negara mereka masing-masing. Isinya agar tak berkunjung ke daerah yang dekat dengan lokasi demonstrasi. 

Hanya Pemerintah Slowakia, Israel dan Rusia yang meningkatkan peringatan perjalanan bagi warganya hingga ke level tiga. Namun, sebagian turis asal Rusia masih tetap ingin berkunjung ke Thailand dengan cara mengubah tujuan pariwisata antara lain ke Pattaya, Hua Hin dan Koh Samet. 

Kekhawatiran pelaku pariwisata Thailand akan semakin tinggi, tatkala Pemerintah negara tersebut sampai menaikkan peringatan berkunjung menjadi larangan bepergian ke Thailand. Menurut Presiden Dewan Pariwisata Thailand, Piyaman Tejapaibul, jika itu itu yang terjadi di masa mendatang, maka jumlah turis akan turun drastis hingga 500 ribu orang. 

Selain itu, Thailand diprediksi akan kehilangan pemasukan senilai 25 miliar Bath tahun 2013 dari sektor pariwisata. Hal itu sudah mulai terlihat dari angka pemesanan tiket dan hotel oleh turis asing untuk di bulan Januari mendatang. 

Jumlahnya mengalami penurunan. Hal serupa turut menimpa sektor MICE (pertemuan, insentif, dan pameran). Dari data otoritas pariwisata Thailand, terdapat sekitar 30 persen pembatalan kegiatan gara-gara belum meredanya konflik politik di sana. 

Pimpinan Hotel dan Resor Centara, Thirayuth Chirathivat, lebih dari 10 acara dibatalkan karena aksi unjuk rasa yang belum reda. Kendati ruang okupansi hotel di Bangkok masih bertahan di angka 60-70 persen di bulan Desember dan Januari. 

"Walaupun hanya sedikit terdapat pembatalan pemesanan kamar hotel, namun kami terus memantau situasinya secara konsisten pada pekan ini. Apabila aksi unjuk rasa terus berlangsung, maka akan semakin banyak turis yang membatalkan pesanan kamarnya," ujar Thirayuth. (eh)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya